Mad Thabi’i mempunyai sebutan lain, yaitu mad ashliy. Tetapi mengapa mad lain tidak disebut demikian ? untuk mengetahui jawabannya simak artikel berikut ini sampai habis ya sobat SyariHub. Jangan lupa baca juga artikel SyariHub lainnya untuk menambah pengetahuan.
Pengertian Mad Thabi’i
Mad Thabi’i merupakan satu dari bagian atau cabang dari Hukum Mad. Secara bahasa Mad Thabi’i mempunyai arti alami atau biasa, yaitu tidak lebih dan juga tidak kurang. Itulah sebabnya mengapa kita bisa juga menyebut mad thabi’i dengan sebutan mad ashliy. Kita membaca mad thabi’i dengan panjang 2 harakat atau 1 alif. Seorang Muslim wajib mengetahui Hukum bacaan mad ini dalam membaca Alquran. Sebab, membaca Al Qur’an pun tidak boleh sembarangan karena harus benar dan tartil. Salah satu upaya agar bisa membaca Al qur’an dengan baik dan tartil yakni belajar ilmu tajwid yakni ilmu yang mempelajari tentang cara pengucapan dan pelafalan Al qur’an.
Dikutip dari buku Al-Qur’an Hadis terbitan Kemenag untuk MTs Kelas VII, Tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada, yujawwidu atau tajwidan (membaguskan atau membuat bagus). Ilmu tajwid ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca dengan baik. Ilmu ini ditujukan dalam pembacaan al-Qur’an, meskipun pengucapan huruf-huruf hijaiyah (alfabet Arab dari alif sampai ya) di luar al-Qur’an juga harus dilakukan karena pengucapan yang tidak tepat akan menghasilkan arti yang lain. Definisi mad secara bahasa adalah tambah.
Menurut ulama ahli tajwid, mad adalah memanjangkan suara huruf yang wajib dipanjangkan. Huruf mad thabi’i itu ada tiga yaitu ,( ي ) ‘ya) , و ) wawu dan alif ( ا). Adapun syarat huruf mad thabi’i adalah apabila wawu jatuh setelah dhummah, ya’ jatuh setelah kasroh, dan alif jatuh setelah fathah.
Contoh Bacaan dalam Al-qur’an
Hukum bacaan mad thabi’i nyaris terdapat di setiap ayat Al-Quran. Berikut ini contoh-contoh mad thabi’i dalam Al-Quran, yaitu
1. QS. Al-Humazah Ayat 3 يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخْلَدَهُۥ Bacaan latinnya: “Yaḥsabu anna mālahū akhladah” Artinya: “Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,” (QS. Al-Humazah [104]: 3)
2. QS. Al-Fiil Ayat 1 أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَٰبِ ٱلْفِيلِ Bacaan latinnya: “Alam tara kaifa fa’ala rabbuka bi`aṣ-ḥābil-fīil” Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?” (QS. Al-Fiil [105]: 1).
3. QS. Al-Fiil Ayat 5 فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍۭ Bacaan latinnya: “Fa ja’alahum ka’aṣfim ma`kụl” Artinya: “Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat),” (QS. Al-Fiil [105]: 5).
4. QS. Al-Quraisy Ayat 4 ٱلَّذِىٓ أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفٍۭ Bacaan latinnya: “Allażī aṭ’amahum min jụ’iw wa āmanahum min khaụf” Artinya: “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan,” (QS. Al-Quraisy [106]: 4).
5. QS. Al-Maun Ayat 3 وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ Bacaan latinnya: “Wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa’āmil-miskīn” Artinya: “Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin,” (QS. Al-Maun [107]: 3).
6. Kalimat وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا .Panjangnya kira-kira satu alif/ dua harakat. Contoh Mad Thobi’i terdapat dalam Surat Al Ghasyiah: 1. وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌۙ (Terdapat wawu sukun setelah dhomah) Latin: Wujuuhuyyaumaidzin khoosyi’ah. 2. لَّا يُسْمِنُ (terdapat alif sukun setelah fathah) 3. فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌۘ (Terdapat ya sukun setelah kasroh)
Anjuran membaca Al-qur’an dengan tartil
Ada banyak hadis yang menunjukkan anjuran membaca Alquran dengan bacaan tartil dan suara yang indah, seperti hadis berikut:
“زَيِّنوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ”
Artinya: Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian!
“لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ”
Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-Qur’an.
Perintah membaca dengan tartil termaktub dalam Alquran. Allah SWT berfirman:
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
Artinya: Atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Surat Al Muzzamil: 4)
Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat tersebut di atas adalah bacalah Alquran dengan tartil (perlahan-lahan). Saya menyimpulkan bahwa bacaan tartil sangat membantu untuk memahami serta merenungkan makna dari ayat Al-qur’an yang sedang kita baca. Ditambah lagi, Siti Aisyah radhiallahu ‘anha pun mengatakan bahwa Nabi SAW bila membaca Alquran yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa paling Iama dibandingkan dengan orang Lain.
Seorang sahabat bernama Anas ra bertanya kepada Sahih Bukhari mengenai bacaan Nabi Muhammad saw. Beliau menjawab : “Bacaan Al-qur’an beliau panjang”.
Sekian ilmu mengenenai mad thabii yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Bagi anda yang masih belum bisa memahami cara membaca mad thabi’i atau ilmu tajwid lainnya. Tenang !!! Syarihub menyediakan layanan belajar mengaji online untuk anak-anak hingga dewasa. Metode dalam belajar Al-qur’an antara lain metode Ummi, metode Iqro’, metode Wafa dan metode Tilawah. Oleh karena itu, ayo segera daftar sobat.
SyariHub mempunyai guru mengaji yang merupakan lulusan pesantren dan bersertifikasi loh sobat. Oleh karena itu, kualitas mengajarnya tidak bisa diragukan. Belajar mengaji online tentunya lebih menyenangkan.