Waqaf saktah, pengertian dan contoh bacaan yang akan saya sajikan berikut bermanfaat untuk anda yang sedang mempelajari tajwid. Simak penjelasannya sampai akhir ya.
Waqaf Saktah Pengertian
Kita akan membahas topik Waqaf Saktah pengertian dan contoh, pengertiannya terlebih dahulu.
Waqaf saktah adalah tanda waqaf (س). Kita membaca waqaf ini dengan berhenti sejenak tanpa bernafas. Sehingga, memutus bacaan.
Pengertian waqaf menurut bahasa adalah diam sejenak, berasal dari bahasa arab ( سكت – يسكت –سكوتا ). Sedangkan, menurut istilah tajwid, saktah adalah diam sejenak (sepanjang 2 harakat). Tujuan saktah yaitu memisahkan suara lafal dengan lafal selanjutnya dengan tidak memutuskan atau berganti nafas, dengan kata lain masih satu hembusan nafas.
Definisi Saktah menurut Asy Syathibi dalam nadham Hirzul Amani, yaitu :
وسكتهم المختار دون تنفس ۞ وبعضهم في الأربع الزهر بسملا
Dan saktah yang dipilih para ulama adalah (berhenti) tanpa mengambil napas. Dan sebagian ulama tajwid membaca basmalah dalam awal empat surat yang masyhur.
Selain Asy-Syathibi, Al-Ja’bari juga mendefinisikan saktah. Definisi Al-Ja’bari mengenai saktah terdapat dalam An-Nasyr fi Al-Qira’at Al-Asyr.
Definisi Al-Ja’bari yaitu :
Saktah yaitu anda memutus suara dalam waktu singkat saat mengambil nafas. Apabila anda melakukan saktah dalam waktu lama, maka saktah akan serupa dengan waqaf (berhenti).
Cara Membaca Waqaf Saktah
Cara membaca waqaf saktah yaitu memutus kalimat dari kalimat setelahnya selama 2 harakat/1 alif tanpa mengambil nafas.
Pendapat cara membaca waqaf saktah yang berbeda disampaikan oleh Ibnu Sa’dan. Menurut beliau, kita boleh menggunakan Saktah secara mutlak ketika membaca Washl dalam setiap akhir ayat, dengan tujuan menunjukkan bahwa kalimat tersebut berada di akhir ayat. Tetapi, pendapat ini tidak di gunakan.
Contoh-Contoh Waqaf Saktah dalam Al-qur’an
Riwayat Imam Hafsh dari Imam Ashim menyatakan bahwa terdapat 2 kategori bacaan saktah dalam Al-qur’an.
1.Kategori Pertama
Imam Hafsh meriwayatkan kategori bacaan saktah yang pertama yaitu saktah yang disepakati.
Kita Menerapkan Saktah tanpa memutuskan runtutan kalimat.
Maka terapkanlah ketika membaca alif tanwin pada lafadz عوجا , huruf Nun pada lafadz (من راق) dan lafadz (مرقدنا), Serta di dalam huruf lam pada lafadz (بل ران), sedangkan selain Imam Hafsh tidak membaca saktah
Qira’at Imam Ashim
Contoh saktah kategori ini yaitu :
A. Saktah dalam QS Al-Muthaffifin ayat 14:
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (١٤)
“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka” (QS Al-Muthaffifin: 14).
Kita dapat menemukan saktah dalam lafadz (بَلْ رَانَ). Hal ini, bertujuan untuk menghindarkan kesalahpahaman di telinga pendengar. Bahwa susunan kalimat (بَلْ رَانَ) yang berbentuk satu-kesatuan lafadz berupa (برّان) yang bermakna “dua orang yang menepati janji (bentuk ganda/tatsniyyah dari lafadz بر)”. Tentu, kesalahpahaman ini berdampak mengubah makna ayat.
B.Saktah dalam QS Yasin ayat 52:
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ (٥٢)
Mereka berkata,”Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya)” (QS Yasin: 52).
Kita dapat menemukan saktah dalam lafadz (مَرْقَدِنَا). Seandainya tidak terbaca saktah mungkin arti bacaannya menjadi “Mereka (orang kafir) berkata,”Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur), inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih”.
Padahal, menurut riwayat Qatadah yang dikehendaki dalam susunan ayat ini adalah (هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ) “inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih” sebagai ucapan orang yang beriman, sedangkan (يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا) “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)” sebagai ucapan orang kafir.
Kita bisa melihat saktah disini sebagai pemisah dua ucapan yang dilontarkan oleh dua kelompok yang berbeda yaitu orang beriman dan orang kafir
C. Saktah dalam QS Al-Qiyamah ayat 27:
وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ (٢٧)
“Dan dikatakan (kepadanya), “Siapa yang dapat menyembuhkan?” (QS Al-Qiyamah: 27).
Kita menemukan saktah dalam lafadz (مَنْ رَاقٍ). Seandainya, tidak dibaca saktah bisa saja pendengar memahami ayat berupa (وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ) yang bermakna “Dan dikatakan (kepadanya), “Wahai orang yang sering berperang”. Tentu, kesalahpahaman ini berdampak mengubah makna ayat.
D.Saktah dalam QS al-Kahfi ayat 1-2:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (١) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (٢)
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok, (Dia menurunkan Al-Qur’an) sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik” (QS Al-Kahfi: 1-2).
Kita dapat menemukan saktah dalam lafadz (عِوَجًا). Seandainya, kita tidak membaca dengan hukum saktah. Makna bacaan menjadi ”Dia tidak menjadikannya bengkok yang lurus”.
Padahal, susunan ayat yang benar adalah (قَيِّمًا). Sehingga, makna yang benar adalah
“Dia menurunkan Al-Qur’an sebagai bimbingan yang lurus yang tidak ada kebengkokan sedikitpun di dalamnya”
2.Saktah yang memiliki perbedaan (bi khulfin ‘anhu/بخلف عنه),
Bi khulfin ‘anhu memiliki tiga cara baca (waqf, washl, dan saktah) yang berdasarkan riwayat Imam Hafsh dari Imam Ashim. Bacaan saktah ini berada di dua tempat yaitu:
1. QS Al-Anfal dan QS At-Taubah:
إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ( (٧٥) بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١)
Qira’at Imam Hafsh dari Imam Ashim memiliki tiga cara baca, yaitu:
waqf pada lafadz (إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ), kemudian membaca ayat: بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ .
Kita membaca washl antar ayat. Tanpa waqf (berhenti) maupun saktah:
إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
saktah pada lafadz (إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ) kemudian membaca ayat: بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
2. Saktah dalam QS Al-Haqqah ayat 28-29:
مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (٢٨) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (٢٩)
qira’at Imam Hafsh memiliki tiga cara baca, yaitu:
Kita membaca waqf pada lafadz (مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ), kemudian membaca ayat هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَه .
Kita membaca washl antar ayat. Tanpa waqf maupun saktah مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ
saktah pada lafadz (مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ), kemudian membaca ayat هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَه
Sekian ilmu mengenai waqaf saktah pengertian dan contoh yang bisa saya bagikan. Semoga Bermanfaat. Apabila anda ingin belum bisa mengaji. Tenang!! Syarihub menyediakan layanan belajar mengaji online untuk segala usia.
SyariHub menawarkan guru yang bersertifikasi dan merupakan lulusan pesantren. Sehingga, belajar mengaji menjadi berkualitas dan menyenangkan.